Part I
Part II
Berbeda dengan cuaca kota Paris yang dingin dan hujan lebat, saat kami tiba dikota Nevers pk 18.00 sore, cuaca begitu bersahabat . Matahari bersinar cerah. Semangat mulai meningkat lagi. Dengan berjalan kaki, kami menuju hotel Du Verdun yang terletak di Rue de Lourdes. Letaknya tidak jauh dari Gare de Nevers. Begitu keluar stasiun lurus menuju Avenue General De Gaulle, terus sampai bundaran Place Camot dimana terdapat bangunan Palais Ducal de Nevers. Belok kiri untuk menuju Parc Roger Salengro yang merupakan taman umum. Bila menyusuri Rue Henri Barbusse di pinggir taman , pada ujung taman akan ketemu café Du Parc yang terletak di Rue de Lourdes dan berada persis disamping Hotel Du Verdun. Sengaja kami menginap di hotel ini karena selain dekat dengan stasiun kereta (10 menit berjalan kaki) juga sangat dekat dengan Espace Bernadette, chapelle tempat tubuh Santa Bernadette dibaringkan dalam peti kaca. Seperti Santa Catherine Laboure.
Part II
Berbeda dengan cuaca kota Paris yang dingin dan hujan lebat, saat kami tiba dikota Nevers pk 18.00 sore, cuaca begitu bersahabat . Matahari bersinar cerah. Semangat mulai meningkat lagi. Dengan berjalan kaki, kami menuju hotel Du Verdun yang terletak di Rue de Lourdes. Letaknya tidak jauh dari Gare de Nevers. Begitu keluar stasiun lurus menuju Avenue General De Gaulle, terus sampai bundaran Place Camot dimana terdapat bangunan Palais Ducal de Nevers. Belok kiri untuk menuju Parc Roger Salengro yang merupakan taman umum. Bila menyusuri Rue Henri Barbusse di pinggir taman , pada ujung taman akan ketemu café Du Parc yang terletak di Rue de Lourdes dan berada persis disamping Hotel Du Verdun. Sengaja kami menginap di hotel ini karena selain dekat dengan stasiun kereta (10 menit berjalan kaki) juga sangat dekat dengan Espace Bernadette, chapelle tempat tubuh Santa Bernadette dibaringkan dalam peti kaca. Seperti Santa Catherine Laboure.
Kamar
hotel tidak terlalu besar. Namun bersih baik
tempat tidur maupun toiletnya. Harga semalam Eur 47 per kamar untuk 3
orang dewasa.. Berhubung kami juga memesan express breakfast yang berupa 1
Croisant ditambah secangkir jus dan minuman hangat, ada penambahan biaya sarapan
Eur 1,5 perorang. Cukup untuk mengganjal perut sampai siang hari. Sore itu kami pakai untuk keliling kota Nevers
yang relatif kecil, tenang. Nyaman, dengan penduduk yang ramah terutama buat
pejalan kaki. Dikota ini pejalan kaki benar-benar di manja. Setiap hendak menyeberang di zebra cross, para
pengemudi mobil selalu berhenti untuk memberi kesempatan kami menyeberang lebih
dahulu meskipun lampu lalulintas untuk pejalan kaki belum hijau. Rasanya hidup
dikota seperti ini bakal bebas dari stress dan terbebas dari kemacetan.
Meskipun kota kecil, Nevers tetap merupakan kota dengan seni dan arsitektur
bangunan yang sarat dengan nilai historikalnya.
Karena
memasuki musim panas, maka biasanya hari mulai gelap setelah jam sembilan
malam. Kami langsung menuju chapelle
Santa Bernadette yang terletak di Rue st Gildard No. 34. Hanya sekitar 5 menit dari
lokasi hotel. Tinggal menyusuri Rue de Lourdes. Kapel baru ditutup pk 19.30.
Jadi kami bisa masuk ke dalam. Saat itu hampir tidak ada pengunjung selain
kami. Kamipun berlutut di depan peti kaca Santa Bernadette untuk berdoa. Mengucap
syukur karena akhirnya kami bisa sampai dan mengunjungi tempat-tempat ziarah
yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Ditempat sakral seperti ini dilarang
mengambil foto maupun merekam. Jadi kami mengikuti aturan. Keluar dari kapel,
kami mengambil jalan kecil persis didepan kapel.
Rue St Helene, jalan ini agak menurun tajam namun sangat strategis karena merupakan jalan pintas menuju stasiun Buat peziarah yang ingin langsung ke kapel ini, begitu keluar stasiun kereta tinggal belok kiri, lurus sampai ketemu jalan kecil Rue St Helene yang menanjak terletak di sebelah kanan dan berada di muka gedung CiNEMAZARIN.
Rue St Helene, jalan ini agak menurun tajam namun sangat strategis karena merupakan jalan pintas menuju stasiun Buat peziarah yang ingin langsung ke kapel ini, begitu keluar stasiun kereta tinggal belok kiri, lurus sampai ketemu jalan kecil Rue St Helene yang menanjak terletak di sebelah kanan dan berada di muka gedung CiNEMAZARIN.
Tujuan
kami berikutnya adalah Cathedrale Saint Cyr et Sainte Julitte de Nevers. Saat
kami berkunjung sedang dilakukan renovasi.
Di areal yang sama berdiri kokoh Palais Ducal dengan tamannya yang luas nan indah. Juga bangunan teater dan hotel de Ville.
Di areal yang sama berdiri kokoh Palais Ducal dengan tamannya yang luas nan indah. Juga bangunan teater dan hotel de Ville.
Puas
mengambil foto-foto, kami mencari makan berupa kebab Turki di Avenue General De
Gaulle, dekat stasiun. komplit satu paket dengan kentang goreng dan air mineral
botol. Harga Eur 7. Beda dengan kebab yang biasa dibungkus dengan Tortilla,
kebab disini pakai roti bulat
burger lumayan besar yang diisi dengan
daging dan sayuran. Saking banyak isinya, rasanya cukup satu dimakan bertiga.
Mungkin juga dibuat ekstra banyak karena teman saya minta untuk boleh mengambil
foto saat mereka menyiapkan kebab dan kami bilang buat dipromosikan ke
teman-teman di Indonesia kalau ke Nevers biar mampir ke tempat ini. Wah mereka
senang sekali.
Selesai
makan malam, kami langsung istirahat. Hari yang cukup melelahkan karena sejak
berangkat dari Jakarta, mendarat di Paris pagi dan malamnya sudah ada di kota
Nevers belum merebahkan diri di ranjang. Perjalanan masih panjang. Jadi harus
menjaga kesehatan dan mengumpulkan tenaga. Kami mulai menghitung berapa kali
hari ini dibantu oleh orang-orang yang kami temui di jalan.
Pagi hari pukul 05.00,kami
semua sudah terbangun. Meskipun di luar hari masih gelap kami membuka jendela
kamar yang berada di lantai 3, dengan pemandangan Parc Roger Salengro. Embun
pagi nampak jelas seperti hujan nan halus. Hawa dingin pagi langsung menyergap,
sambil melongok ke jalan dibawah, hanya satu, dua kendaraan yang melintas.
Meski jalan begitu sepi para pengemudi mobil tetap taat lalulintas, berhenti
saat lampu merah menyala padahal di depan tidak ada kendaraan lain yang
melintas. Beda sekali dengan di Jakarta, pasti sudah diterobos. Sekitar pk
06.00 pagi, langit mulai terang dan mulai banyak pejalan kaki bergegas menuju
tempat kerja, remaja putri dengan tas sekolahnya jalan bergegas. Demikian juga
nampak mobil-pengantar roti mengirim pesanan café di sebelah hotel tempat kami
menginap.
sarapan kami...
Kamipun tidak mau hanya berdiam diri di dalam kamar. Sambil berjalan santai keliling pusat kota dan sekitar taman lalu menuju Espace Bernadette lagi. kapel memang sudah dibuka pk 07.00. Jadwal misa setiap hari diadakan pk. 11.30. Untuk hari Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu diadakan misa pagi pk 08.00, sementara hari minggu dan hari libur pk 10.00.
Hari ini kami sempat mengikuti misa pagi pk 08.00. yang dihadiri kurang lebih 14 umat. Selesai misa kembali kami berdoa di depan Santa Bernadette, karena pagi ini pukul 10.00 kami sudah harus meninggalkan kota Nevers, kembali ke Paris. Tidak lupa mohon perlindunganNya diperjalanan kami berikutnya. Di depan kapel terdapat gua Maria dan patung Santa Bernadette Soubirous. Kamipun mulai mengambil foto-foto disekeliling kapel.
Toko souvenir yang terletak di depan pintu masuk Espace juga sudah dibuka, sempat juga melihat benda-benda rohani sambil memilih satu, dua barang untuk dibeli.
sarapan kami...
Kamipun tidak mau hanya berdiam diri di dalam kamar. Sambil berjalan santai keliling pusat kota dan sekitar taman lalu menuju Espace Bernadette lagi. kapel memang sudah dibuka pk 07.00. Jadwal misa setiap hari diadakan pk. 11.30. Untuk hari Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu diadakan misa pagi pk 08.00, sementara hari minggu dan hari libur pk 10.00.
Hari ini kami sempat mengikuti misa pagi pk 08.00. yang dihadiri kurang lebih 14 umat. Selesai misa kembali kami berdoa di depan Santa Bernadette, karena pagi ini pukul 10.00 kami sudah harus meninggalkan kota Nevers, kembali ke Paris. Tidak lupa mohon perlindunganNya diperjalanan kami berikutnya. Di depan kapel terdapat gua Maria dan patung Santa Bernadette Soubirous. Kamipun mulai mengambil foto-foto disekeliling kapel.
Toko souvenir yang terletak di depan pintu masuk Espace juga sudah dibuka, sempat juga melihat benda-benda rohani sambil memilih satu, dua barang untuk dibeli.
Pukul
09.30 kami mulai menuju Gare de Nevers.
Semua tiket kereta kami beli untuk kelas 2. Namun dijamin nyaman, bersih. Tidak kalah dengan kereta Argo kelas eksekutif. Tiidak terdengar deru suara berisik dari luar. Benar-benar kedap suara. Kereta melintas melewati pedesaan, danau dengan kapal –kapal layar berwarna putih.
Semua tiket kereta kami beli untuk kelas 2. Namun dijamin nyaman, bersih. Tidak kalah dengan kereta Argo kelas eksekutif. Tiidak terdengar deru suara berisik dari luar. Benar-benar kedap suara. Kereta melintas melewati pedesaan, danau dengan kapal –kapal layar berwarna putih.
Pukul
12.37 kereta mulai memasuki Gare de Bercy.
Tidak mau pusing-pusing mencari halte no 24, jurusan Ecole
Veterinaire de maisons Alfort yang bakal melintas di depan hotel
Ibis Budget Porte de Bercy tempat kami menginap hari ini, kami sengaja memilih
arah sebaliknya dihalte bus tepat di depan hotel Claret, yang menuju Gare de
Lyon. Disini menjadi tempat transit berbagai jurusan dan jaraknya tidak sampai
5 menit. Tinggal menyeberangi jalan, kami menunggu bus no. 24. Untuk membawa
kami ketempat penginapan Hotel Ibis Budget Porte de Bercy. Jalur bus di Paris
bebas hambatan, jadi dalam waktu 15 menit saja kami sudah sampai di hotel untuk check in.
Kamar kami berada di lantai 3. Saat memasuki lift, kami bertemu dengan sepasang suami istri berkulit hitam. Mereka bingung kenapa waktu memencet nomor tombol lift, lift tidak juga mau bergerak naik. Teman saya mencoba memencet nomor 3. Juga tidak bergerak. Lalu dia mulai memeriksa kartu ditangannya. Dan memberitahu kalau ternyata kartu yang diberikan reseptionis tadi tidak hanya berfungsi untuk kunci pintu kamar tapi juga harus dimasukkan ke panel tombol lift baru pencet nomor. Bingo!! Lift mulai bergerak naik. Kami tertawa semua. Pasangan itu pun say thank you pada teman saya. Selesai menaruh tas, langsung turun menuju Carrefour disebelah untuk membeli air mineral, dan makan siang. Harganya tergolong murah daripada belanja di café pinggir jalan Paris. Air mineral ukuran 1,5 lt hanya Eur 0.28, sedangkan untuk makan siang ala fast food persis didepan pintu masuk Carrefour tersedia chinese food dengan harga seporsi nasi goreng cantonesse Eur 2,50. Jangan berharap seenak nasi goreng di tanah air. Kalau perut sudah lapar, apapun jadi enak.
Kamar kami berada di lantai 3. Saat memasuki lift, kami bertemu dengan sepasang suami istri berkulit hitam. Mereka bingung kenapa waktu memencet nomor tombol lift, lift tidak juga mau bergerak naik. Teman saya mencoba memencet nomor 3. Juga tidak bergerak. Lalu dia mulai memeriksa kartu ditangannya. Dan memberitahu kalau ternyata kartu yang diberikan reseptionis tadi tidak hanya berfungsi untuk kunci pintu kamar tapi juga harus dimasukkan ke panel tombol lift baru pencet nomor. Bingo!! Lift mulai bergerak naik. Kami tertawa semua. Pasangan itu pun say thank you pada teman saya. Selesai menaruh tas, langsung turun menuju Carrefour disebelah untuk membeli air mineral, dan makan siang. Harganya tergolong murah daripada belanja di café pinggir jalan Paris. Air mineral ukuran 1,5 lt hanya Eur 0.28, sedangkan untuk makan siang ala fast food persis didepan pintu masuk Carrefour tersedia chinese food dengan harga seporsi nasi goreng cantonesse Eur 2,50. Jangan berharap seenak nasi goreng di tanah air. Kalau perut sudah lapar, apapun jadi enak.
Hari
ini cuaca kota Paris sangat bersahabat, matahari bersinar terang. Kamipun
menggunakan kesempatan untuk kembali menunggu bus no. 24 yang menuju Gare Saint
Lazare, berpindah di Gare de Lyon untuk naik bus no. 63 yang menuju Porte de la
Muette karena rencananya kami ingin berhenti di Trocadero untuk melihat Eiffel
Tower. Sepanjang jalan, dari atas bus kami bisa melihat Cathedrale Notre Dame
yang terkenal, Musee d’orsay, Invalides,
Alma Marceau. Jauh lebih murah dibanding naik L’open tour bus Buat yang terbiasa naik turun bus dan kereta
api di jakarta, ber bus ria di Paris jauh lebih nyaman. Apalagi kalau diluar
jam masuk atau bubar kantor.
Dari
lokasi Trocadero yang letaknya lebih tinggi kami lihat kerumunan turis memadati
sekitar Eiffel Tower. Taman Champ de
Mars yang sangat luas nampak seperti hamparan karpet hijau Berhubung tidak ada dari kami bertiga yang
mau menghabiskan waktu mengantri untuk naik ke Eiffel Tower. kami sudah cukup
puas melihat dari Trocadero. Beberapa turis asing meminta tolong pada teman
saya untuk mengabadikan mereka dengan latar belakang Menara Eiffel yang
tersohor itu. Jepret ...jepret, berpose bersama bayinya yang sedang terlelap di
dalam kereta bayi. Tidak jauh dari tempat ini dengan berjalan kaki kami menuju Avenue Kleber,
Arc de Triomphe terlihat didepan
mata.
Jaraknya memang tidak jauh. Monumen kemenangan, tempat nama para pahlawan Perancis diabadikan ini menjadi simbol kota Paris selain Eiffel Tower. Riwayat sejarahnya banyak diulas di internet. Dahulu setiap akan pergi bertempur atau kembali dari medan tempur, pasukan Prancis akan berparade ditempat ini.
Jaraknya memang tidak jauh. Monumen kemenangan, tempat nama para pahlawan Perancis diabadikan ini menjadi simbol kota Paris selain Eiffel Tower. Riwayat sejarahnya banyak diulas di internet. Dahulu setiap akan pergi bertempur atau kembali dari medan tempur, pasukan Prancis akan berparade ditempat ini.
Meskipun
waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 sore, matahari masih bersinar terang. Tapi
kami tetap harus kembali ke hotel karena bus no. 24 adalah satu-satunya bus
yang melewati Parc de Bercy dan jam operasinya sampai sekitar pukul 20.30, Dari
pada lupa waktu dan ketinggalan bus, pulang lebih awal lebih baik. Apalagi kami
memilih naik bus dengan cara transit dan disekitar tempat ini memang tidak ada
yang langsung menuju Porte de Bercy. Jadi sekali lagi kami baca peta jalur bus
dan halte tempat transit supaya tidak
kesasar. Tapi kalau sampai nyasar jangan panik, halte bus dan metro banyak tersebar
di kota Paris. Begitu sampai di depan hotel kami memilih mampir lagi ke
Carrefour, mencari sepaasang sepatu sport untuk mengganti sepatu saya yang
sempat jebol alas kakinya akibat tidak kuat kena guyuran hujan deras di hari
pertama tiba di Paris. Sepuluh menit sebelum Carrefour tutup saya mengantri di
kasir khusus uaang tunai. Nemun tiba-tiba disuruh membayar di mesin self
service, waduh bagaimana ini, nggak ngerti cara pakainya? sambil celingak
celinguk memperhatikan pembeli lain yang sibuk menggunakan mesin otomatis itu.
Saya dekati kasir wanita: “Desole mademoiselle, Je ne comprends pas how to use
it,” kacau balau kan bahasanya?. Akhirnya wanita itu turun tangan sambil
mengajari. Voila!! Praktis dan efisien
banget. Kalau ngerti???!!
Hari
ini semua mulai berjalan lancar, tidak lagi kesasar. Di hotel ini kami mendapat
sambungan WIfi gratis dan cepat. Karena kami tidak ada yang mau direpotkan
untuk mengganti nomor ponsel di Paris dan juga tidak mau kena roaming, begitu
dapat sambungan internet langsung
memberi kabar kesanak family di tanah air, supaya mereka tidak kawatir.
lanjut ke Part IV
sisca
No comments:
Post a Comment